KATA-KATA MUTIARA MENULIS KALIGRAFI ARAB “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” QS Al-‘Alaq/96: 1-5 “Nun. Demi pena dan apa yang mereka tulis.” (QS Al-Qalam/68: 1) Katakanlah: “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (QS Al-Kahf/18: 109) “Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS Luqman/31: 27) “Allah telah menciptakan nun, yakni dawat (tinta).” (HR Abu Hatim dari Abu Hurairah) Setelah Allah
UHIBBUKI FILLAH “Aku Mencintaimu Karena Allah” Makna Cinta Masih Relatif Tentang makna cinta mungkin sudah banyak yang menjelaskannya, meski penjelasan itu belum mampu memaknai cinta yang dikendaki oleh orang-orang. Sebab, cinta itu bersifat relatif; tergantung persepektif orang yang merasakannya. Orang yang merasakannya tergantung pada sikapnya. Orang yang menyikapinya tergantung pada kemampuan logikanya. Oleh sebab itu, makna cinta itu diartikan sesuai apa yang dirasakan oleh orang-orang. Jika mereka merasakan cinta itu membuat mereka bahagia, maka cinta diartikan keindahan. Sebaliknya, jika mereka merasakan cinta itu membuat mereka tersiksa, maka cinta diartikan penderitaan. Jadi, makna cinta itu masih bersifat relatif. Namun, jika cinta terlepas dari sifat relatif itu, maka cinta sebenarnya memiliki makna yang sama sekali jauh dari pemaknaan orang-orang. Orang-orang memaknai cinta itu sesuai apa yang mereka rasakan. Sementara apa yang mereka rasakan sesuai
تعليقات
إرسال تعليق